BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Orang Bajo banyak tinggal di kawasan
sepanjang pesisir pantai sejak Puluhan tahun silam. Sebenarnya orang Bajo
banyak tersebar hampir di garis pantai segala penjuru Sulawesi, Kalimantan
Timur, Kangean, Bali, Sumbawa, Jawa Timur, bahkan ada juga di Sabah Malaysia.
Karena kebiasaan hidup mereka di laut, sehingga sejak beratus-ratus tahun masa
silam mereka telah tersebar dimana-mana. Akibatnya banyak terjadi dialek-dialek
di antara suku Bajo, beberapa di antaranya ada yang terpengaruh bahasa
mayoritas di tempat mereka berada, seperti orang Bajo di Sulawesi Barat dan
Sulawesi Selatan terpengaruh bahasa dan adat istiadat Bugis dan Makasar, di
Sulawesi Tenggara terpengaruh bahasa dan adat istiadat Buton, sedangkan di
Sabah Malaysia terpengaruh bahasa dan adat istiadat orang Melayu Sabah. Yang
uniknya bahasa Bajo, seluruh bahasa dan dialek bahasa Bajo, bersama bahasa Sama
di Filipina, dikelompokkan ke dalam Rumpun bahasa Borneo, yaitu Barito Besar.
Dalam sistem mata pencaharian masyarakat bajo mereka mengunakan laut sebagai
sumber perekonomian mereka, seperti masyarakat Langara Bajo Kec.Wawonii Barat,
Kab. Konawe Kepulauan Sulawesi Tenggara.
Bahasa
merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, karena
dengan bahasa seseorang dapat menyampaikan maksud dan keinginan kepada orang
lain. Dengan kata lain, dengan bahasa seseorang dapat berkomunikasi dan
beradaptasi dengan manusia lain, seperti yang dikatakan oleh Kridalaksana
(1983:4), bahasa adalah sistem lambang bunyi arbitrer, yang digunakan oleh para
kelompok sosial untuk bekerjasama, berkomunikasi dan mengidentifikasikan diri.
Bahasa bersifat manusiawi, artinya bahasa sebagai alat komunikasi verbal hanya
dimiliki oleh manusia.
B. Rumusan Masalah
1.
Bagaimana Asal-Usul Masyarakat Langara
Bajo?
2.
Bagaimana Sistem Pemerintah dan
Kekerabatan Langara Bajo?
3.
Bagaimana Kondisi Lingkungan Desa
Langara Bajo?
4.
Bagaimana Sistem mata pencaharian
Masyarakat Langgara Bajo?
5.
Bagaimana perkembangan bahasa di Desa
langara Bajo ?
6.
Bagaimana sistem kepercayaan masyarakat
Langara Bajo ?
7.
Bagaimana Sistem Pengetahuan Pendidikan
Langara Bajo?
C. Tujuan
1.
Untuk Mengetahui Asal-Usul Masyarakat
Langara Bajo
2.
Untuk mengetahui Sistem Pemerintah
dan Kekerabatan Langara Bajo
3.
Untuk Mengetahui kondisi Lingkungan
Desa Langara Bajo
4.
Untuk mengetahui Sistem Mata
Pencaharian Masyarakat Langara Bajo.
5.
Untuk mengetahui perkembangan bahasa di
desa langara bajo
6.
Untuk mengetahui sistem kepercayaan
masyarakat Langara Bajo.
7.
Untuk mengetahui Sistem Pengetahuan
Pendidikan Langara Bajo.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
manfaat baik secara teoritis maupun praktis. Secara teoritis, penelitian ini
dapat digunakan sebagai bahan pengembangan telaah kebahasaan dan juga sebagai
informasi mengenai wujud variasi leksikal stratifikasi sosial Langara Bajo.
Sementara itu secara praktis penelitian ini juga diharapkan dapat bermanfaat
bagi mahasiswa, serta bagi peneliti yang akan meneliti lebih lanjut mengenai bahasa Bajo Yang ada di Desa Langara Bajo
Kabupaten Konawe kepulauan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut N. Troubetzkny
pencetus linguistik yang terkenal disebabkan karena metode struktural
didasarkan pada empat hal pokok : pertama, linguistik struktural berpindah dari
studi gejala bahasa yang disadari ke studi infrastruktur yang tidak disadari;
kedua, linguistik struktural tidak memperlakukan istilah-istilah sebagai
satuan-satuan yang berdiri sendiri melainkan memandangnya dalam hubungan-hubungan
dengan satuan- satuan yang lain; ketiga, linguistik struktural menggunakan konsep
sistem; keempat, linguistik struktural berusaha menemukan dalil-dalil umum baik
melalui induksi maupun deduksi (Strauss, 1963 . 33).
Malinowski berangkat
dari pemikiran bahwa manusia adalah makhluk bio-psikologis, yaitu makhluk yang mempunyai unsur biologis
yaitu yang berupa raga atau fisik, tetapi sekaligus is juga punya unsur
psikologis atau kajiwaan. Sebagai makhluk biologis, manusia membutuhkan materi-materi
untuk kelangsungan hidupnya. Materi-materi yang dibutuhkan untuk kelangsungan
hidup manusia itu disebut sebagai kebutuhan dasar manusia (basic human) itu selalu diolah dan berkait dengan
ide-ide kultural manusia. Respons kultural yang tidak semata-mata untuk
memenuhi kebutuhan primer (melainkan kebutuhan sekunder atau tersier dan
seterusnya), sebetulnya banyak terjadi di dalam masyarakat manusia. Dalam
kehidupan bermasyarakat itulah maka kebutuhan-kebutuhan psikologi dirasakan
perlunya.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.
Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang akan
digunakan dalam penelitian ini adalah jenis peneliatian kualitatif. Jenis ini
digunakan karena penelitian
ini memiliki tujuan untuk memperoleh data secara terperinci mengenai suatu
sobjek penelitian mengenai etnografi masyarakat desa Langara Bajo, khususnya dalam
bidang bahasa,sisten mata pencaharian, agama, kondisi lingkungan sehingga
kita akan memperoleh gambaran mengenai semua kegiatan yang kita lakukan serta
kita akan menangkap pengalaman, persepsi, pemikiran, perasaan, dan pengetahuan
subjek penelitian secara komprehensif.
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini di lakukan di Desa
Langara Bajo, Kecamatan Wawonii Barat, Kabupaten Konawe Kepulauan.
C.
Waktu
Penelitian
Penelitian dilaksanakan dalam dua tahap, yaitu:
Penelitian I
Hari/Tanggal :
Jumat, 29 Mei 2015
Waktu
: 16.24-17.45
Penelitian II
Hari/Tanggal :
Sabtu, 30 Mei 2015
Waktu :
09.00-10.00
D.
Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini, yaitu
masyarakat Desa Langara Bajo, Kecamatan Wawonii Barat, Kabupaten Konawe
Kepulauan.
E.
Teknik
Penelitian
a.
Teknik Pengamatan (Observasi)
Teknik observasi atau pengamatan dilakukan untuk melihat
secara langsung objek yang akan diteliti. Hal ini terkait dengan penentuan
titik-titik pengamatan wilayah yang akan diteliti. Dengan teknik ini, peneliti
mengamati secara langsung daerah yang akan menjadi daerah penelitian.
b.
Teknik Wawancara
Wawancara dalam hal ini ditujukan kepada para informan
yang dijadikan sumber data yang dipandang mengetahui seluk-beluk tentang bahasa yang digunakan di Desa Langara Bajo, Kecamatan Wawonii
Barat Kabupaten Konawe Kepulauan.
c.
Teknik Rekam
Perekaman dipandu dengan daftar
pertanyaan yang telah disiapkan. Daftar pertanyaan yang digunakan adalah daftar
kosakata dasar Swadesh yang telah dibuat oleh Mahsun (2005). Hal ini bertujuan
untuk menghindari agar jawaban informan tidak dipengaruhi oleh bahasa baku
daerah yang bersangkutan.
d.
Teknik analisis data
Setelah data terkumpul, selanjutnya data-data tersebut
akan dianalisis dengan menggunakan teknik analisis data, menggunakan metode
deskripsi kualitatif. Deskriptif kualitatif ini digunakan untuk mengolah
data-data asal-usul, sistem pemerintah dan kekerabatan,kebahasaan, mata pencaharian,
kondisi lingkungan,kepercayaan, dan sistem pengetahuan dan pendidikan yang
telah diperoleh peneliti dari beberapa data-data sehingga dari hasil analisis
ini akan diketahui bentuk-bentuk masalah tentang penelitian pada masyarakat Desa
Langara Bajo, Kecamatan Wawonii Barat, Kabupaten Konawe Kepulauan.
e.
Teknik Penyajian Data
Penyajian data
suatu laporan dapat menggunakan dua metode, yakni metode formal dan informal.
dalam hal ini peneliti menggunakan metode informal, karena sangat sesuai untuk
penyajian data kebahasaan seperti interferensi bahasa Bajo ke dalam bahasa
Indonesi dalam komunikasi lisan masyarakat Desa Langara Bajo,
Kecamatan Wawonii Barat, Kabupaten Konawe Kepulauan.
Kemudian hasil
analisis data pada penelitian ini dengan menggunakan uraian kata-kata yang
lengkap, rinci, dan terurai. Karena, laporan penelitian ini bersifat
deskriptif, dan hasil analisis data interferensi ini disajikan secara
deskriptif sehingga dapat memberikan penjelasan secara rinci dan akurat.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Asal-Usul Masyarakat Langara Bajo
Awal mula orang Bajo datang di Kabupaten
Wawonii Barat mereka tidak langsung mendirikan atau mempunyai pedesaan sendiri
tetapi mereka tinggal di pedesaan lama pada zaman DI TII, orang-orang bajo
sebagian masih tinggal di perahu-perahu kecil dan sebagiannya juga mereka sudah
menpunyai pondok-pondok yang terbuat dari kayu untuk di tinggali. Tetapi pada
saat kedatangan DI TII di daerah tersebut orang-orang Bajo sebagian kembali di
teluk kendari.
B.
Sistem Pemerintahan dan Kekerabatan
Sistem pemerintah yang ada di
Desa Langara Bajo masih tetap mengikuti sistem pemerintahan daerah dan sistem
pemerintahan dari Pusat. Dalam struktur-struktur pemerintahannya pun juga
tersusun rapih seperti dari kepala desa, sekretaris Desa, kaur pemerintah, kaur
umum, kaur pembangunan, puutobu, kepala lingkungan, RT, dan RW. Kekerabatan
masyarakat dengan pemerintah sangat baik, pemerintah melayani masyarakat dengan
baik dan memberikan informasi-informasi kepemerintahan di desa langara bajo
tersebut, dan masyarakat dengan pemerintah saling gotong royong saat diadakan
kerja bakti dalam memperbaiki riteratur lingkungan pedesaan.
C.
Kondisi Lingkungan Masyarakat Langara
Bajo.
Kondisi lingkungan masyarakat langara Bajo boleh di
katakan masih minim dalam riteratur jalan transportasi, dan tenaga listrik.
Jalan-jalan transportasi belom mendapat penanganan pemerintah setempat ataupun
provinsi, jalan transportasi belum mendapat pengaspalan jalan di desa tersebut.
Begitupun tenaga listrik dulunya pertama terbentuk desa langgara Bajo mereka
masih menggunakan tenaga surya, tetapi menjelang dua tahun pemerintah
mendirikan sistem tenaga listrik, tetapi belum berjalan dengan optimal,
dikarenakan pemerintah setempat masih memberi waktu untuk nyala dan padamnya
listrik yang ada di desa Langara Bajo. Menurut (Mariam,2015) masyarakat
Setempat mengatakan bahwa waktu untuk
listrik di aktifkan pemerintah pada jam enam malam sampai enam pagi, sementara
listrik di padamkan pada waktu jam enam pagi sampai jam enam malam. Sedangkan
kondisi kebersihan lingkungan masyarakat dikatakan bersih karena sampah-sampah
di area jalan atau sekitaran depan rumah warga tidak berhamburan malahan mereka
mengumpulkan dan sampah tersebut dibakar untuk menghindari banjir dan meluapnya
air laut karena kita ketahui masyarakat bajo lebih banyak mendiami pesisir
pantai.
Gambar.1.1. kondisi lingkungan masyarakat bajo Gambar.1.2.kondisi lingkungan
masyarakat
D.
Sistem Mata Pencaharian Masyarakat Langara Bajo
Menurut hasil pengamatan penelitian mata pencaharian
masyarakat Langara Bajo lebih dominan Nelayan, karena masyarakat setempat
mendiami pesisir pantai sehinga masyarakat Langara Bajo memanfaatkan laut untuk
menjadi sistem mata pencaharian mereka untuk mendapatkan asil yang banyak untuk
pundi-pundi ekonomi mereka. Tetapi bukan cuman nelayan saja ada sebagian kecil
juga yang masyarakat yang berdagang, masyarakat yang bertani, dan ada juga
masyarakt lain yang bukan masyarakat Bajo yang mendiami Langara Bajo yang
membangun toko bangunan, dan Toko butik.
Gambar1.3. masyarakat yang
Bedagang
E.
Bahasa Masyarakat Langara
Bajo
Bahasa merupakan alat komunikasi utama, dengan bahasa
seseorang mampu mengungkapkan pikiran dan perasaannya dengan orang lain. Proses
pemikiran sangat ditentukan oleh kemampuan berbahasa seseorang. Manusia tidak
lepas dari suatu bahasa, karena bahasa mempunyai fungsi yang
sangat penting dalam kehidupan manusia. Manusia menggunakan bahasa sebagai
sarana untuk bertukar pikiran, emosi, pesan dalam berkomunikasi. Tanpa bahasa manusia sulit berhubungan dengan sesamanya. Kemampuan penggunaan bahasa dapat membedakan manusia dengan mahluk lain
melalui ungkapan bahasa, pikiran, perasaan serta penalaran seseorang karena
bahasa dapat merangsang dan melatih seseorang yang membedakan seorang tersebut
dengan yang lainya.
Bahasa
Bajo, adalah bahasa yang digunakan
masayarakat Langara Bajo, tetapi dalam
lingkungan masyarakat langara bajo tidak hanya orsng-orang Bajo saja yang
mendiami desa Langara bajo tetapi mempunyai beragam suku seperti Bugis, Tolaki,
Buton, Muna, Wawonii. Sehingga dalam mereka melakukan suatu komunikasi antar
kelompok masyarakat mereka biasa menggunkan bahasa persatuan Indonesia, tetapi
mereka juga bisa menggunakan bahasa bajo dengan suku lain yang sudah menetap di
langara bajo, dan masyarakat bajo pun juga bisa mengunakan bahasa suku lain. Masyarakat
bajo dapat menggunakan bahasa suku lain dikarenakan adanya faktor percampuran
suku, perkawinan di langara Bajo ( Mila. 2015).
Akbiat
dari percampuran bahasa antar suku di langara bajo sehingga terjadi
dialek-dialek berbeda di masyarakat bajo. Diantaranya banyak yang terpengaruh
bahaya mayoritas di tempat mereka berada ( Aco.2015).
F. Sistem Kepercayaan
Sistem kepercayaan atau keagamaan
yang di anut oleh masyarakat Langara Bajo adalah Agama Islam dan tidak ada
percampuran kepercayaan di desa tersebut, karena dalam lingkup masyarakat
tersebut hanya terdapat saja satu Masjid dan tidak terdapat adanya tempat
peribadatan dari kepercayaan lain seperti Gereja, dan Kuil. Masyarakat Langara
Bajo adalah Mayoritas beragama Islam.
G. Sistem Pengetahuan dan Pendidikan
Dalam sistem pengetahuan yang ada di desa
Langara Bajo bisa dikatakan sudah berkembang karena teknologi-teknologi yang
ada di desa langara Bajo sudah ada seperti adanya alat telokomunikasi,
Televisi, dan alat-alat teknologi lainnya, sementara Pendidikan di Desa Langara
Bajo sudah ada sekolah-sekolah tempat anak-anak untuk menuntut ilmu sperti
adanya TK, SD, SMP, SMA, karena antusias pemerintahan di desa Langara Bajo
untuk membangun gedung-gedung sekolah akhirnya sekarang sekolah-sekolah yang
ada di desa tersebut sudah berdiri untuk masyarakat langara Bajo
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Bahasa merupakan
alat komunikasi utama,
dengan bahasa seseorang mampu mengungkapkan pikiran dan
perasaannya dengan orang lain. Proses pemikiran sangat ditentukan oleh
kemampuan berbahasa seseorang. Manusia tidak lepas dari suatu bahasa, karena bahasa
mempunyai fungsi yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Manusia menggunakan bahasa sebagai sarana untuk bertukar pikiran, emosi,
pesan dalam berkomunikasi. Tanpa bahasa manusia sulit berhubungan
dengan sesamanya. Kemampuan penggunaan bahasa dapat
membedakan manusia dengan mahluk lain melalui ungkapan bahasa, pikiran,
perasaan serta penalaran seseorang karena bahasa dapat merangsang dan melatih
seseorang yang membedakan seorang tersebut dengan yang lainya. Bahasa Bajo, adalah bahasa yang digunakan masayarakat Langara Bajo, tetapi dalam lingkungan
masyarakat langara bajo tidak hanya orsng-orang Bajo saja yang mendiami desa
Langara bajo tetapi mempunyai beragam suku seperti Bugis, Tolaki, Buton, Muna,
Wawonii. Sehingga dalam mereka melakukan suatu komunikasi antar kelompok
masyarakat mereka biasa menggunkan bahasa persatuan Indonesia, tetapi mereka
juga bisa menggunakan bahasa bajo dengan suku lain yang sudah menetap di
langara bajo, dan masyarakat bajo pun juga bisa mengunakan bahasa suku lain.
Masyarakat bajo dapat menggunakan bahasa suku lain dikarenakan adanya faktor
percampuran suku, perkawinan di langara Bajo
Lampiran:
Gambar. Para Dosen Pendamping Gambar. Mamasiswa
dan pemilik rumah
Gambar. Mahasiswa dan Kepala Dusun II Gambar. Lingkungan Desa Langara Bajo
Gambar. Masyarakat pedagang Gambar.
Masyarakat pedagang
DAFTAR
PUSTAKA
Aco.2015. Percampuran Suku dan Bahasa Langara Bajo. Konawe Kepulauan
Keraf, gorrys. 1979. Pengertian Bahasa. Jakarta: Nusa Indah.
Mila, 2015. Narasumber Bahasa bajo. Konawe Kepulauan.
Wawancara Langsung Mahasiswa dan
Narasumber Masyarakat Langara Bajo. Sistem pengetahuan dan Pendidikan Desa
Langara Bajo.2015
Fotox dak Pantas ......
BalasHapus