BAB
II
PEMBAHASAN
§ Dalam
proses sejarah yang ada di Indonesia banyak sekali terdapat sejarah-sejarah
yang mampu membuat manusia atau masyarakat menjadi tertarik untuk
menceritakannya atau menuliskanya atau dalam bahasa metode sejarah adalah
“HISTORIOGRAFI”. Disini saya akan membahas situs sejarah yang ada di kabupaten
Konawe kecamatan Una’aha dan kecamatan Abuki, diantaranya sebagai berikut.
A. Raja Lakidende
Raja
lakidende adalah raja pertama orang tolaki yang memeluk agama islam pertama
kali di konawe, dalam proses pengislaman ada lima orang yang menjadi tokoh
pengislaman Raja Lakidende yaitu utusan dari Sultan Buton dari kepulauan
Tiworo, nama-nama utusan dari Sultan tersebut adalah :
1. La
Depi
2. La
Goha
3. La
Taripa
4. La
Tepara
5. Wa
Ode Ndoko
Makam
para tokoh pengislaman Raja Lakidende diatass berada di kelurahan Parauna,
Kabupaten Konawe.
Dalam proses pelantikan Raja Lakidende menjadi
seorang raja ada beberapa pemberontakan dikerajaan konawe yang dipimpin oleh
Lamateleha dan Suramaindo dua adik kakak ini. Dua adik kakak tersebut meminta
bantuan oleh raja Lakunta berada di daerah Luwu lalu mereka mendirikan suatu
kerajaan tersendiri yang bernama kerajaan Lawata yang berkedudukan di Lawali ,
karena kegigihan kepemimpinan Raja Lakidende pemberontakan dapat dipadamkan.
Dalam sistem pemerintahan Raja Lakidende islam baruu
resmi masuk di konawe. Sehingga ketika wafat Beliau dimakamkan secara islamik.
“Gambar dari makam alm.
raja lakidende yang di makamkan secara islamik bertempat di Kabupaten
Konawe, Kecamatan Una’aha, Kelurahan Arombu.”
Sehingga
masyarakat orang tolaki sekitar menyebutnya Sanggia Nginobu yang artinya Dewa
yang dikuburkan karena dalam kepemimpinannya Beliau membawah perubahan di
konawe, karena jauh sebelumnya orang-orang tolaki yang berada dikonawe sebelum
masuknya islam proses pengguburannya dengan cara mayat-mayat orang yang sudah
meninggal dimasukkan dalam gua, nama gua tersebut adalah gua batu payung yang berada di kecamatan abuki kabupaten konawe,
setelah mayat-mayat tersebut sudah menjadi tulang belulang, tulang-tulang
tersebut dimasukkan dalam guci, dan guci tersebut terbagi dua yaitu guci
keramik dan guci tanah liat, guci keramik adalah tempat penyimpanan
tulang-tulang orang bangsawan sedangkan guci tanah liat adalah untuk masyarakat biasa dan guci-guci tersebut
dimasukkan dalam gua batu payung itu kembali. Menurut hasil penelitian
mahasiswa Arkeolog Makassar yang datang meneliti di gua tersebut tulang-tulang
yang ada didalam gua tersebut bersekitar umur tulang-tulang tersebut 700-900
tahun.
Raja
lakidende adalah bukan putra mahkota tetapi beliau diangkat sebagai raja karena
Beliau masih keturunan Putra Raja, karena dalam sistem pemerintahan kerjaan
konawe secara tradisional dan pembagian wilayah itu “Tiwole Bantohu dan Pituda
Bate” kslau di daerah Buton dikatakan “Patamiana dan Siliombona”, arti dari
Tiwole kalau dalam sistem orang tolaki ada sebuah talang yang tradisional yang
terbuat dari anyaman yang mempunyai empat sudut dari Tiwole tersebut jadi
sehingga pembagian wilayah tersebut ada empat sudut yang terdiri dari:
1.
Tambo Losoano Oleo yang
gelar pemimpinannya disebut tapati yang berkedudukan di daerah Ranomeeto
kerajaan Laiwoi.
2.
Tambo Tepuliano Oleo
yang gelar pimpinannya disebut sabandara yang berkedudukan di Latoma
3.
Barataihana yang gelar
pimpinannya disebut ponggawa yang bernama ponggawa Karaeng Watukila. Karaeng
Watukila adalah ponggawa terakhir yang berkedudukan di Tongauna.
4.
Barataimoeri.
Ponggawa
Karaeng Watukila adalah pahlawan yang melawan belanda, karena masuknya belanda
pada tahun 1910 dikonawe, maka 1911-1912 terjadi pemberontakan masyarakat
melawan Belanda yang diantaranya masyarakat yang melakukan pemberontakan adalah
watukila sehingga beliau mendapat gelar Karaeng ketika pada masa
pemberontakan masyarakat melawan Belanda
beliau ditangkap oleh Belanda lalu beliau dibuang dan diasingkan di Makassar,
ketika beliau diasingkan beliau watukila masih membawah pengawal sehingga orang
makassar menamakan beliau Karaeng, sehingga sampai sekarang watukila dikenal
sebagai Karaeng Watukila, dan makam Alm. Karaeng Watukila berada di kelurahan
Tongauna kabupaten Konawe:
“Gambar makam dari alm.
Karaeng watukila yang bertempat di kab. Konawe, kec. Tongauna, kel. Tongauna.”
B.
Isteri pertama dan kedua Raja Lakidende
Isteri pertama Raja lakidende bernama Mowina, permaisuri Mowina ini putri daripada
Lapaleadu dan saudara dari Mowina ini bernama Pakandeate yang digelarkan Anakia
Ndamalaki yang berkedudukan di Angeburi. Dan makam dari istri pertma Raja
lakidende bertampat di kelerahan Arombu.
“Gambar makam dari Isteri pertama Raja Lakidende Permaisuri
Mowina bertempat di,kabupaten konawe kecamatan Una’aha, kelurahan Arombu”
Tetapi
mengingat kedudukan Raja Lakidende bukan seorang keturunan dari Putra Mahkota
kemudia beliau dikawinkannyalah lagi dengan Permaisuri Wahuka (Putri Abuki),
istri kedua dari raja lakidende ini anak Maranai Putra Mahkota kerajaan Konawe,
maka dikawinkannya sehingga kedudukannya menjadi raja dan menjadi putra
mahkota. Makam dari istri kedua raja lakidende ini bersampingan dengan makam
istri pertama raja lakidende.
“gambar makam dari istri kedua Raja Lakidende permaisuri
Wahuka bertempat kabupaten di konawe,
kecamatan Una’aha, kelurahan Arombu”
Kerajaan konawe ssetelah kerajaan
Lakidende wafat mska masyarakat tidak ada lagi menunjuk raja, dikembalikannya
mahkota di abuki dalam hal ini kepada Tohamba yang makamnya sekarang berada di
daerah Abuki bagian atas bukit abuki, Tohamba dimakamkan diatas bukit karena
masyarakat muda untuk mengingat bahwa dia adalah putra mahkota yang tidak
pernah dilantik. Ketika beliau dibawakan mahkota atau dilantik menjadi raja
beliau menolak, penyebab beliau ini menolak pelantikan tersebut karena yang
pertama beliau tidak memiliki dan kedua beliau tidak mempunyai kemampuan dalam
hal ini ( harta) olehnya itu Tohamba ini menyingkir di Lawali, tetapi ketika
beliau sudah sakit dan masa hidupnya sedikit lagi berakhir Tohamba ini kembali
lagi diAbuki, dan beliau meninggal dan dimakamkan di atas bukit Tambaosu, maka
beliau diberi gelar Tawi Tamba Osu.
C.
Benteng Bendewuta
Benteng bende wuta ini yang berada di kabupaten Konawe,
kecamatan Abuki, kelurahan Atodopi, merupakan benteng pertahanan yang diketuai
putra mahkota Bokeo Tigalu untuk melakukan penyerangan terhadap Belanda,
pembuatan benteng bendewuta ini pada tahun 1912 proses pembuatannya selama enam
bulan, pembuat atau pekerja benteng ini adalah suku atau orang asli Tolaki
Abuki mereka mengunakan alat tradisional yaitu Osura (dalam bahasa Daerah
tolaki) tujuan dari pembuatan benteng tersebut untuk melakukan perlawanan atau
menghadang orang-orang belanda yang ingin menuju di ulu sungai Abuki, karena
pada waktu itu ketika belanda masuk di konawe, masing-masing orang dikampung
mulai menyingkir naik diulu sungai abuki untuk tinggal, karena diatas ulu
sungai abuki tersebut terdapat suatu lembah yang dikelilingi gunung yang
disebut Wawowaha disana mereka berkumpul, tetapi dalam perlawanan masyarakat
untuk belanda semuanya tidak berhasil karena ada seorang Ulama kendari yang
juja masuk atau menjadi jurubahasa Belanda yang bernama H. Abdula Gani
Laksamanayang datang menghantarkan adat kepada pembuat benteng Bendewuta yang bernama Tomas Salipu untuk menyatukan
adat ssehingga dihentikan perlawanannya, sehingga pembuatan benteng tersebut
tidak selesai, tetapi bagian atas
benteng ada gundukan tanah untuk mengintai ketika musuh-musuh dari
belanda datang.
Panjang benteng Bendewuta tersebut sekitar 1 kilometer, dan
tinggi benteng tersebut sekarang ada
yang 2 meter dan ada yang 3 meter. Tetapi pada zaman penjajahan tinggi benteng tersebut adalah 5 meter,
karena pada saat pembuatan orang-orang berdiri dari dasar tanah orang-orang
tersebut tidak nampak atau terlihat, tetapi dikarenakan pergeseran tanah dan
sudah ratusan tahun sehinga terjadi penurunan dan pergeseran, dan lebar benteng
sekarang adalah 1,5 meter.
“Gambar benteng Bende wuta yang bertempat di Kab.
Konawe, Kec. Abuki, Kel. Atodopi”
Gambar ini adalah hasil
dari dokumentasi yang kami abadikan ketika kami meneliti tentang benteng
tersebut, tempat kami berdiri adalah diatas benteng Bendewuta, dokumentasi
tersebut diambil dari bawah dasar tanah Benteng.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Penjelasan Hasil Penelitian
Dalam proses penelitian
perdana kami dari mahasiswa Ilmu Sejarah FIB Universitas Halu Oleo pada tanggal
18 mei 2014 pada hari minggu bertempat di Kabupaten Konawe, Kecamatan Una’aha,
Kelurahan Arombu, dan Kecamatan Abuki, Kelurahan Atodopi. Dalam penelitian kami
bertujuan untuk mrngangkat kembali bagaimana proses perjalanan kepemerintahan
Raja Lakidende pada zamanya, bukan itu saja kami juga mengujungi makam alm.
Raja lakidende, permaisuru Raja lakidende, benteng kuno yang bernama Bendewuta
dan makan pahlawan karaeng Watukila. Dalam penulisan sejarah yang saya buat
akan dibahas satu persatu dari situs-situs sejarah yang dikunjungi, dan informasi-informasi
sejarah yang kami dapat berasal dari hasil wawancara kami kepada narasumber
yaitu beliau asli orang konawe yang bernama bapak Ajimain,S.Pdi.
“Gambar dari bapa Ajimain,S.Pdi. bersama mahasiswa ilmu
sejarah FIB UHO
TUGAS: LAPORAN
HASIL PENELITIAN DARI SITUS SEJARAH
YANG ADA DI KAB. KONAWE, KEC. UNA’AHA DAN KEC. ABUKI
“MAKAM RAJA LAKIDENDE, PERMAISURI RAJA LAKIDENDE YANG PERTAMA
DAN KEDUA, BENTENG BENDEWUTA, DAN MAKAM KARAENG WATUKILA”
OLEH:
ROBIN HOOD ADAM
C1C4 13 043
PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2014
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha
Esa, karena dengan karunianya LAPORAN
PENELITIAN yang sangat
sederhana ini dapat penulis rampungkan.
Ucapan terima kasih tak lupa penulis ucapkan kepada
semua pihak yang telah membantu menyelesaikan penelitian ini, baik dari segi
materi,tenaga dan do’a. Penulis menyadari bahwa dalam laporan penelitian ini
tentunya banyak terdapat kesalahan dan kesilafan.Untuk itu penulis minta maaf
sebesar-besarnya.
Penulis berharap laporan penelitian ini sedikit
banyaknya memberikan manfaat khususnya bagi penulis sendiri. Semoga apa yang kami
susun bermanfaat.
Kendari,
oktober 2014
Penyusun
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Raja
lakidende adalah raja pertama orang tolaki yang memeluk agama islam pertama
kali di konawe, dalam proses pengislaman ada lima orang yang menjadi tokoh
pengislaman Raja Lakidende yaitu utusan dari Sultan Buton dari kepulauan
Tiworo, nama-nama utusan dari Sultan tersebut adalah :
6. La
Depi
7. La
Goha
8. La
Taripa
9. La
Tepara
10. Wa
Ode Ndoko
Makam
para tokoh pengislaman Raja Lakidende diatass berada di kelurahan Parauna,
Kabupaten Konawe.
Isteri pertama Raja lakidende bernama Mowina, permaisuri
Mowina ini putri daripada Lapaleadu dan saudara dari Mowina ini bernama
Pakandeate yang digelarkan Anakia Ndamalaki yang berkedudukan di Angeburi. Dan
makam dari istri pertma Raja lakidende bertampat di kelerahan Arombu.
Benteng bende wuta ini yang berada di kabupaten Konawe,
kecamatan Abuki, kelurahan Atodopi, merupakan benteng pertahanan yang diketuai
putra mahkota Bokeo Tigalu untuk melakukan penyerangan terhadap Belanda,
pembuatan benteng bendewuta ini pada tahun 1912 proses pembuatannya selama enam
bulan, pembuat atau pekerja benteng ini adalah suku atau orang asli Tolaki
Abuki mereka mengunakan alat tradisional yaitu Osura (dalam bahasa Daerah
tolaki) tujuan dari pembuatan benteng tersebut untuk melakukan perlawanan atau
menghadang orang-orang belanda yang ingin menuju di ulu sungai Abuki, karena
pada waktu itu ketika belanda masuk di konawe, masing-masing orang dikampung
mulai menyingkir naik diulu sungai abuki untuk tinggal, karena diatas ulu
sungai abuki tersebut terdapat suatu lembah yang dikelilingi gunung yang
disebut Wawowaha disana mereka berkumpul, tetapi dalam perlawanan masyarakat
untuk belanda semuanya tidak berhasil karena ada seorang Ulama kendari yang
juja masuk atau menjadi jurubahasa Belanda yang bernama H. Abdula Gani Laksamanayang
datang menghantarkan adat kepada pembuat benteng Bendewuta yang bernama Tomas Salipu untuk menyatukan
adat ssehingga dihentikan perlawanannya, sehingga pembuatan benteng tersebut
tidak selesai, tetapi bagian atas
benteng ada gundukan tanah untuk mengintai ketika musuh-musuh dari
belanda datang.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL......................................................................................
KATA PENGANTAR...................................................................................
DAFTAR ISI..................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................
A.
Penjelasan tentang penelitian....................................................
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................
A. Raja Lakidende............................................................................
B. Makam istri pertama dan kedua raja
lakidende.......................
C. Makam karaeng watukila............................................................
D. Benteng Bende wuta.....................................................................
BAB
III PENUTUP.......................................................................................
A. Kesimpulan....................................................................................
DAFTAR
PUSTAKA....................................................................................